Senin, 30 Agustus 2010

Dilema Malam Minggu

sebeeeeeell....!!!
Semalam adalah malam minggu. Umumnya kalau malam minggu pada keluar jalan-jalan sama pacarnya, menghabiskan yang kata orang malam yang panjang. Menikmati indahnya suasana malam, ada yang sekedar muter-muter kota, nongkrong di depan patung Jendral Soedirman, kongkow di GOR Satria, atau hanya sekedar main-main di sekitar Dynasti Hotel. Dan tempat yang paling rame dikunjungi tentu saja, pusatnya pemerintahan Banyumas, alun-alun kota Purwokerto.

Memang setelah mengalami renovasi, alun-alun kota Purwokerto menjadi lebih indah, tertata, dan modern. Dari yang tadinya 2 lapangan digabung menjadi satu sehingga tampak lebih luas. Tiang-tiang lampu tembak berdiri megah di tepian alun-alun. Masjid Agung Baitussalam kokoh berdiri di sebelah barat alun-alun. Dan pendopo Si Panji di sebelah utara.

Seperti biasanya malam minggu, alun-alun Purwokerto bak lautan manusia, bahkan buat cari tempat parkir aja susah banget. Kebanyakan adalah muda mudi yang sedang memadu kasih. Tapi aku datang kesana hanya sekedar untuk refreshing sambil menikmati indahnya malam bersama dua sahabatku, Keru dan Irul. Padahal disekitar kita yang ada orang pada pacaran, tidak di kanan, tidak di kiri, uh ngenes memang, tapi ya sudahlah tak terlalu penting buat kami.

Disaat semua orang sedang asyik bersama pasangannya masing-masing, apa yang kita lakukan?hahaha, kembali anak MB ketemu anak MB apalagi yang dibicarakan selain masalah MB. Tapi setidaknya itu bisa mengurangi dilematis malam minggu dimana di kanan dan kiri isinya orang "pacaran" semua....bete...!!! Setelah puas ngobrol, kita lebih memilih pulang kerumah daripada terus-terusan jadi "setan" diantara orang-orang yang lagi dimabuk "cinta".huuuuuuuu...

*lets sing
malam minggu malam yang panjang
malam yang asyik buat tiduran
tidur panjang sepanjang malam
malam yang panjang selalu terbayang

singkat kata singkat cerita
mending kutidur dirumah aja
daripada malam mingguan
malah cuma lihat pacaran

hahahahaha

Jumat, 27 Agustus 2010

Voice of Longing



Let me for a while to imagine you
i'd have been waiting for long time to meet you tomorrow
even only for a while we meet

i don't want to see you cry
when we meet tomorrow
because you promise no tears anymore in our life

if only you knew
i am happy when you beside me
when we play and laugh together 

if only you knew
even we separated by very far distance
you always in my heart in anytime and anywhere

if only you knew
i'd have been waiting for long time for tomorrow
i missed you so much

Kamis, 26 Agustus 2010

Catatanku di MB Bahana Putra Soedirman

Lambang MB BPS Unsoed
5 tahun silam, di tahun 2005 tepatnya aku bergabung dengan salah satu unit marching band yang ada di kotaku, ya Marching Band Bahana Putra Soedirman (MB BPS), unit marching band kebanggaan kota Purwokerto dan merupakan satu-satunya unit marching band di wilayah Banyumas yang mampu menjadi juara 2 nasional Darunnajah Marching Band Competition (DMC) di tahun 2008.

Pertama kali masuk, sebagai bagian dari Rotasi XXVIII, aku masuk ke Percussion Line sebagai player Snare Drum dan kadang beralih ke cymbal. Satu tahun di Snare Drum, di tahun kedua akhirnya aku pindah ke Bass Drum 2 menjelang pagelaran Music Night 2006 di Universitas Jenderal Soedirman. Disinilah aku mulai menemukan soul of music yang lama hilang dari diriku. Dua tahun aku jalani di Percussion Line, di tahun ketiga akhirnya aku mencoba masuk ke barisan melodis, Pits Instrument. Disini tak kutemukan kenyamanan sampai akhirnya aku memutuskan kembali Bass Drum namun kali ini bukan di BD2 tapi BD5, karena mungkin posturku yang paling tinggi diantara 4 player Bass Drum yang lain. Dan sampai aku off dari dunia marching band aku tetaplah seorang player Bass Drum.

Bahkan di tahun 2008 aku dipercaya menangani Yasmin Marching Kids, sebagai pelatih percussion. Dan di pertengahan tahun 2008 aku menarik 3 orang pelatih MB BPS untuk bergabung bersamaku menangani Yasmin Marching Kids hingga tahun 2010.(Baca: Yamakids 1 dan Yamakids 2).

Di masa terakhir aku di MB BPS, pengurus mempercayakan Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) kepadaku dalam rangka persiapan menuju Grand Prix Marching Band (GPMB) ke- 25 di Istora Senayan Jakarta. Walaupun hanya sampai semifinal namun itu adalah prestasi tersendiri karena itu untuk pertama kalinya MB BPS mengikuti kejuaraan marching band tertinggi yang ada di Indonesia.

Dan sekarang dengan semakin dekatnya kelulusanku dari Universitas Jenderal Soedirman, aku memilih untuk non aktif dari dunia marching band dan fokus mengejar wisuda. Mengingat sudah waktunya aku harus lulus dari kampusku tercinta.

Ksatria Indraprastha XX (2003/2004)

Dewan Amblan Pandawa Srikandi (DAPS) tahun 2003/2004 atau yang sering disebut dengan Ksatria Indraprastha merupakan angkatan ke- XX dalam kepramukaan SMAN 1 Purwokerto. Setelah menjalani berbagai step pelatihan akhirnya berdasarkan Musyawarah Penegak X 13-14 September 2003, Pada tanggal 10 Oktober 2003 dilantik 33 Dewan Ambalan baru Ambalan Pandawa Srikandi angkatan ke- XX, meliputi 15 orang Dewan Ambalan Pandawa dan 18 orang Ambalan Srikandi. 

Pada tahun yang sama pula terjadi perubahan pada lambang Ambalan Pandawa dan Ambalan Srikandi. Tulisan Ambalan Pandawa yang semula berwarna merah berubah menjadi merah putih. begitu pula untuk Ambalan Srikandi Dan penulisan nomor gudep juga mengalami sedikit perubahan sesuai aturan dari Mabinas dari 02.457 menjadi 02.0457 untuk Ambalan Pandawa dan 02.456 menjadi 02.0456 untuk Ambalan Srikandi.

Berikut adalah nama dan jabatan Ksatria Indraprastha XX tahun 2003/2004:
Ambalan Pandawa
  1. Wasis Tri Raharjo 
  2. David Sapto Aji Putra                 
  3. Aditia Ginantaka                        
  4. Lulu Setya Budi                           
  5. Mansur Sholeh                            
  6. Ifan Yanuar Arifian                     
  7. Qorona Milky Ulfan Khababa     
  8. Achmad Faozan                          
  9. Wasis Tri Widodo                       
  10. Krisna Rengga Buana                  
  11. Irwan Budianto                            
  12. Aji Henda Wiradiputra               
  13. Endrat Gustomo                     
  14. Mijil Cahyo Utomo                 
  15. Suwanto                                   

Ambalan Srikandi
  1. Dwiana Widya Ningrum    
  2. Suryandhika Malatsih        
  3. Maria Stefani                      
  4. Agrina Dyah Rahmawati    
  5. Fresti Oktanindi                   
  6. Anjar Dwi Nur Atmi            
  7. Trista Roswati                      
  8. Khrisna Vidya Amelia        
  9. Evi Kurnia Sari                
  10. Resti Nirmala Asih        
  11. Dyas Chasbiandetti              
  12. Herlina Prihastuti                  
  13. Desy Triastuti                        
  14. Dyah Qonitasari Estyamilla    
  15. Nurul Setyorini                     
  16. Imas Ratna Famelia              
  17. Hesa Hikmawati                   
  18. Nurhairani Listyaningrum       


Satyaku Kudharmakan
Dharmaku Kubhaktian
Jayalah Kstria Indraprastha
Jayalah Pandawa Srikandi

Karya Bhakti Budi Laksana XIII APS SMANSA

Logo lama Ambalan Pandawa
Tahun 2003 terasa sangat berarti bagiku, itulah tahun dimana aku resmi bergabung dengan Ambalan Pandawa Srikandi (APS) bersama 33 Bantara lainnya aku jalani step demi step untuk masuk ke dunia kepanduan yang ada di SMA N 1 Purwokerto. Banyak cerita lucu, unik, menarik dan misterius sepanjang perjalanan kami menuju APS tercinta.

Tahap yang sangat menentukan adalah Karya Bhakti Budi Laksana XIII yang diadakan pada tanggal 5-8 Mei 2003 di kawasan hutan Tumiyang, Kebasen, Banyumas. Sebanyak 13 pramuka putra dan 15 pramuka putri turut serta dalam kegiatan ini. Berbagai kegiatan dilaksanakan selama 4 hari 3 malam masa perkemahan.

Hari pertama masih berupa kegiatan ringan seperti pembangunan tenda perkemahan dan sarasehan serta pengenalan APS oleh para Dewan Ambalan (DA). Sampai malam kita masih bercanda dengan sesama peserta dan DA. Kemudian kegiatan hari pertama ditutup dan semua peserta tidur di tenda masing-masing. Lewat tengah malam, terdengar suara kaki melangkah di sekitar tenda. Kita yang di dalam tenda pun antisipasi panggilan dadakan yang sudah kita prediksi bakal ada malam itu. Dan benar ternyata, tiba-tiba suara sirine berbunyi dengan nyaring memecah kesunyian malam itu. Dan para DA dengan seragam lengkap sudah menunggu kita di lapangan apel. Panggilan Luar Biasa atau biasa kita sebut PLB cukup mengagetkan para peserta, inilah latihan ketangkasan dan kesigapan peserta dalam menghadapi hal-hal yang mendadak terjadi. Karena ada beberapa peserta yang terlambat kita diberi "hadiah", olahraga bersama di malam hari. Evaluasi kegiatan hari pertama pun selesai dan seluruh peserta kembali beristirahat namun tak bisa memejamkan mata hingga pagi tiba.

Pagi yang dinanti pun tiba, kegiatan hari kedua merupakan kegiatan paling disukai para peserta, ya Trip to the Jungle sekaligus survival. Seluruh peserta dibagi dalam 4 tim, masing-masing beranggotakan 7 orang. Sebagai bekal kita diberi 1 bungkus mie instan, 10 batang korek api, 3 liter air minum, 100 ml spiritus, kapas, sepotong ubi jalar, sebilah golok. Disinilah kita mulai merasakan aroma persaudaraan antar sesama peserta. Sekitar pukul 9 pagi setelah olahraga pagi dan sarapan peserta berangkat menyusuri jalan setapak menuju tower tertinggi yang ada di dalam hutan.

Logo baru Ambalan Pandawa
Sepanjang perjalanan diisi dengan berbagai materi kepanduan, seperti kesandian, P3K, menaksir, navigasi, peta medan, kompas, jungle survival, mountaineering, bivouac, repling, SAR darat, dan berbagai ketrampilan yang sangat diperlukan dalam keadaan darurat. Kejadian kurang mengenakan terjadi waktu kegiatan SAR darat kebetulan aku jadi Komandan Search and Rescue Unit (Dansru). Pola yang aku pilih adalah menyisir, kemudian aku minta targetman maju dan kompasman membidik sasaran. Kemudian seluruh SRU aku minta maju sampai tempat kompasman berada, tapi apa yang terjadi mereka malah maju terus hingga tempat targetman. Bahkan terus maju, dan bukan lagi menyisir tapi mengikuti jalur jalan. Sudah kacau di tahap pertama. Korban yang berada di tepi jurang akhirnya ditemukan, dan lagi-lagi tanpa pikir panjang dan tidak menunggu komando, para SRU segera memberikan pertolongan pertama tanpa memindahkan korban terlebih dahulu. Walau secara keseluruhan rangkaian latihan SAR Darat berjalan lancar tapi banyak kesalahan yang dibuat. Dan di sesi akhir latihan sebuah hukuman pun kita terima akibat kesalahan yang kami buat, dan sebagai Dansru aku harus rela menerima hukuman 3 kali lipat dari hukuman para anggota SRU.

Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan bivouac disekitar tower Tumiyang, dan disinilah awal kejadian-kejadian yang misterius terjadi. Begitu sampai di tower, hujan dan kabut pun mulai turun. Menurut gosip yang diketahui tempat itu dulunya adalah salah satu tempat "pembantaian" pas jaman G30S/PKI, makin merindinglah kita semua disitu. Sebelum malam tiba beberapa peserta diberi ujian ketrampilan tertentu. Tapi tidak semuanya merupakan ketrampilan yang "serius". Ada seorang peserta yang diminta menyalakan lampu petromax tanpa bantuan spiritus, bisa dibayangkan susahnya, tapi akhirnya berhasil juga. Begitu tiba giliranku, menentukan koordinat wilayah yang dimaksud dan berapa derajat perbedaan arah antara serayu di hulu dan di hilir yang masih terlihat, celakanya kabut turun begitu aku baru mau memulai. Bingung setengah mati apa yang harus dilakukan, sampai aku melihat cahaya dari tower di hulu sungai serayu, akhirnya bisa juga tugas itu selesai walaupun mungkin tidak sesuai harapan.

Kegiatan sore selesai, kita pun beristirahat sejenak untuk melepas lelah. Dan ternyata malam itu juga kita akan turun kembali ke Base Camp. Ingin pingsan rasanya, dengan kelelahan yang amat sangat, belum lagi jarak yang jauh, cuaca hujan dengan kabut yang mulai turun ke daratan dan petir yang menyambar-nyambar padahal posisi kita semua sedang di puncak bukit tertinggi yang ada disitu. Dan harus melewati punggung bukit yang sempit dan di kanan kirinya terdapat jurang terjal untuk kembali ke jalan semula.

Akhirnya kita pun berjalan kembali ke base camp menembus kabut yang makin tebal, dengan sesekali terpaksa harus tiarap saat petir menyambar. Kita semua saling bergandengan tangan dari yang terdepan hingga yang paling belakang. Keanehan mulai terjadi saat tanda perjalanan yang dibuat pada saat berangkat ternyata buntu, padahal tanda itu hanya dibuat sepanjang jalan yang dilewati siang hari sebelumnya. Semua peserta mulai panik, dan panitia pun berusaha tenang menghadapi keadaan yang sangat tidak menguntungkan itu. Rombongan pun berhenti sejenak sambil menunggu "leader" menemukan kembali jalan pulang.

Karena tak juga ditemukan jalan, akhirnya diputuskan untuk membuat jalan baru dengan orientasi ke arah base camp. Tak lagi melewati jalan setapak seperti waktu berangkat tapi langsung menuruni perbukitan. Dingin dan masuk angin sudah tak lagi dirasa, yang ada dipikiran hanya secepatnya sampai di base camp. Jalan yang licin dan guyuran hujan sudah tak lagi dirasa. Seluruh peserta pun maju terus menuju base camp. Setelah terus berjalan tak tentu arah, dari kejauhan tampak sebuah cahaya yang sangat kita kenal, ya itu cahaya dari base camp KBBL, dimana mas dan mba prad sudah menunggu kita disana. Semua pun bersorak gembira, jalan pulang sudah ditemukan. Kita pun makin cepat berjalan ke arah base camp. Dengan badan belepotan lumpur kita terus maju sambil terus bergandengan tangan untuk menjaga semua teman-teman kita.

Sesampainya di base camp kita bersorak lega telah melewati malam yang menegangkan. Dan semua peserta langsung pada berbaring di lapangan apel hanya dengan menggunakan matras. Disini kejadian aneh aku alami. Setelah sampai di base camp aku meminta ijin ke panitia untuk turun ke Dapur Umum (DU) tempat memasak keperluan konsumsi perkemahan yang berjarak sekitar 1 Km dari base camp dengan menuruni bukit, dengan ditemani seorang peserta lainnya aku berlari kencang menuruni bukit untuk segera "membuang" hajat yang tertunda selama 2 hari. Untuk sampai DU harus menyeberangi dua sungai kecil yang banyak batunya. Disungai yang pertama aku melihat obor dan seperti rombongan dari pihak sekolah yang menjenguk kami di perkemahan. Aku pun mengucapkan salam dan terus berlari ke arah DU. Tak ada 10 menit akhirnya sampailah aku di DU. Kesempatan itu aku dan temanku pergunakan untuk "membuang" hajat dan membersihkan badan.

Setelah semua urusan selesai kita kembali naik ke base camp, ternyat butuh waktu lebih lama untuk sampai di base camp, sekitar 30 menit kemudian kita berdua baru sampai dan segera menghadap panitia. Kita pun ditanya tentang apa-apa yang terjadi sepanjang kami ijin. Aku pun menceritakan tentang rombongan pihak sekolah yang membawa obor yang aku sapa di sungai. dan seluruh panitia kaget, karena menurut kabar pihak sekolah sudah turun dari base camp sejak sore hari. Nah terus siapa yang aku temui dan aku sapa disungai tadi?hiiiiiii, langsung merinding bulu kudukku waktu itu. Dan aku pun diminta untuk tidak menceritakan ini kepada peserta yang lain.

Aku pun kembali ke timku yang sudah menunggu untuk makan, aku merasa bahagia sekali karena demi menunggu aku mereka menunda waktu makan mereka, walaupun hanya makan sebungkus mie instant dan sepotong ubi jalar yang dibagi 7 tapi semua merasa sangat nikmat. Kemudian panitia menyuruh kita membuat bivouac di lapangan apel, tapi kita malah lebih memilih menggunakannya sebagai selimut dan tidur berdempet-dempetan beralaskan matras untuk mengurangi rasa dingin, tentu saja laki-laki dan perempuan terpisah.
Malam itu tak ada lagi PLB alias Panggilan Luar Biasa, kita pun tertidur lelap hingga pagi. Dan di pagi hari, setelah olahraga pagi, beberapa peserta termasuk aku diminta untuk turun ke DU untuk mengambil sarapan yang menandakan berakhirnya masa survival. Sesampainya di DU kita disambut dengan senyum manis koordinator DU, dan kita ditawari untuk makan bubur terlebih dahulu biar bisa kuat membawa makanan ke atas. Awalnya kita tidak mau, karena rasa solidaritas dengan teman-teman yang ada diatas yang sedang menunggu kita disana dan belum makan juga. Namun, setelah dibujuk akhirnya kita pun bersedia makan dengan alasan takut kita ga kuat membawa makanan ke atas setelah 2 hari tidak menjumpai makanan yang layak.

Selesai makan kita membawa semua makanan untuk peserta dan panitia yang ada diatas. Sesampainya di atas kita disambut dengan suka cita para peserta yang kelaparan. Walaupun menunya hanya bubur kacang ijo, tempe goreng dan satu jenis sayuran, semua makan dengan lahapnya, maklum 2 hari tidak makan. Dan saat itu entah kenapa panitia sangat baik pada kami, yang sudah habis diperbolehkan menambah makanan lagi sampai benar-benar kenyang dengan alasan setelah ini kami akan menghadapi ganasnya sungai serayu untuk SAR Air bersama tim SAR UBALOKA dari kwarcab. Walaupun makan sudah dengan porsi kuli, ternyat stok makanan masih banyak dan kita semua diminta untuk menghabiskan. Wah sampai akhirnya seluruh peserta angkat tangan kegiatan makan pagi pun dihentikan.

Selesai makan pagi kita berlari menuruni bukit menuju sungai Serayu, sungai terbesar di Banyumas. Disana sudah menunggu satu tim dari SAR UBALOKA. Hari ketiga diisi dengan kegiatan SAR Air dibawah instruktur SAR UBALOKA. Setelah pemanasan, kita disuruh berenang ditepian sungai serayu dengan melawan arus yang waktu itu lumayan deras, walaupun cuma sekitar 15 meter, tapi dengan kondisi melawan arus sungguh sangat berat terasa, dan aku pun hampir tenggelam untung ada temanku disebelahku jadi aku selamat. Selanjutnya kami diperkenalkan dengan perahu boat penyelamat dan cara mendayung. Kita juga diajari bagaimana cara membawa perahu di darat.

Setelah semua teori dasar selesai, waktunya untuk mencoba langsung praktek di sungai serayu. Dimulai dengan mendayung perahu, ternyata butuh kekompakan untuk mendayung perahu agar bisa cepat lajunya. Setelah itu dilanjutkan dengan Balik Perahu untuk membuang air yang masuk ke dalam perahu. Ini kegiatan yang menegangkan karena dilakukan ditengah-tengah sungai yang sedang mengalir deras akibat hujan semalam dan semua awak perahu akan tercebur ke sungai. Setelah perahu terbalik, sebagian awak perahu mengumpulkan dayung agar tidak hanyut terbawa arus. Dan salah seorang akan naik ke atas perahu untuk membaliknya kembali. Butuh tenaga ekstra untuk naik ke atas perahu dan membaliknya lagi.

Setelah perahu berhasil dibalik kembali satu persatu awak perahu naik ke atas perahu dan kembali mendayung ke arah tepian. Begitulah seterusnya hingga tim terakhir selesai. Hari itu memang sangat panas, namun kegembiraan bersama teman-teman mampu mengalahkan semua rasa panas dan dahaga yang menerjang bahkan kulit gosong terbakar sinar matahari pun tidak lagi diperdulikan.

Menjelang sore kegiatan selesai, dan tim SAR UBALOKA pun pamit untuk kembali ke pangkalannya. Kemudian seluruh peserta kembali ke base camp dan bersiap untuk kegiatan malam terakhir, yaitu api unggun. Berbagai atraksi ditampilkan di api unggun. mulai dari menyanyi, puisi, drama, sampai pantomim. Dan rutinitas pun diakhiri dengan menyanyikan bersama-sama lagu "Kemesraan - Iwan Fals" yang membuat banyak diantara peserta menitikkan air mata jika mengingat yang sudah terjadi selama masa perkemahan.

Malam harinya ada tradisi pencarian "Balok Bantara", dimana setiap peserta harus mendapatkannya sebagai salah satu syarat pelantikan. Dan ternyata setelah sekian lama mencari tak satu pun yang mendapatkan benda tersebut. Sampai tak disangka banyak peserta menangis, bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki. Mengingat semua halangan yang sudah dilalui dan tinggal step terakhir kita harus pulang dengan tangan hampa. Dan benar kita pun akhirnya pulang dengan tangan hampa tanpa ada tanda bantara yang kita bawa. Kemudian pradana putra dan putri berusaha menenangkan kita, dan kita semua pun maju ke panitia minta kesempatan sekali lagi. Namun, panitia yang sudah kelelahan menolak permintaan kita, hingga terjadi negosiasi cukup alot dan akhirnya kita diberi kesempatan tapi bukan sekarang melainkan pada saat baksos, dimana calon DA APS SMA N 1 Purwokerto akan melakukan Long March dari sekolah hingga tempat baksos yang belum ditentukan pada waktu itu. Dan dengan gagah berani semua peserta menyanggupinya.

Siang harinya kita pun berkemas untuk kembali ke Purwokerto. Setelah upacara penutupan diadakan makan bersama peserta dan panitia, dan selanjutnya dipilih Mas dan Mba Tumiyang. Dan terpilihlah Lulu Setya Budi sebagai Mas Tumiyang. Untuk Mba Tumiyang aku lupa siapa (maklum sudah 7 tahun yang lalu). Dan setelahnya kita kembali ke Purwokerto Satria kota tercinta.

Satyaku kudharmakan
Dharmaku kubhaktikan
Jayalah Ambalan Pandawa Srikandi

Selasa, 24 Agustus 2010

Persahabatan Bagai Kepompong

bersiap kita akan maju terus


Persahabatan memang tak lekang oleh waktu, semakin hari akan semakin terjalin keakrabannya. Dan inilah cerita kita berempat, Dadan Junaedi, Mansur Sholeh, Hilda Taba, dan Krisna Aditya. Berawal dari SMP N 1 Sidareja, almamater kita berempat di ujung barat wilayah Cilacap persahabatan itu berawal. Aku dan Krisna mengawali di kelas 1A, sementara Dadan dan Hilda di kelas 1C.

Kita semakin dekat saat naik kelas 2 dimana aku, Krisna dan Dadan berada dikelas yang sama, 2C. Terlebih kita berempat sama-sama aktif di dunia kepanduan alias Pramuka. Di kelas 2 kita saling bahu membahu dalam Liga Spensa, Krisna di kanan, aku di kiri, sementara Dadan jadi benteng terakhir dibawah mistar gawang. Walau hanya finish di urutan ketiga klasemen akhir setelah kalah play off tapi kita cukup bangga dengan penghargaan "Tim dengan Pertahanan Terbaik", karena hanya kebobolan 6 Gol sepanjang turnamen.
di tepian pantai karang nini, 2008
Di kepramukaan pun kita tetap bersama-sama membela nama Spensasi(SMP N 1 Sidareja-Red), dan membawanya menjadi salah satu tim terbaik di Kabupaten terluas di Jawa Tengah itu. Bahkan Krisna terpilih sebagai salah satu anggota kontingen Jamnas Kabupaten Cilacap tahun itu.

Setelah selesai masa studi di SMP akhirnya kita berempat berpisah, Hilda tetap di Cilacap, sementara kita bertiga melanjutkan studi di Purwokerto (kotaku sekarang). Krisna di SMA 5, Dadan di SMK Telkom dan aku di SMA 1. Walau bersahabat dari SMP tak jarang kita ribut, (biasalah kalo lurus-lurus aja kan ga asyik buat cerita). Tapi tetap komunikasi masih terjalin dan kadang kita pun masih berangkat dan pulang dari Purwokerto bareng.

Tahun 2005 kita sama-sama menyelesaikan studi pendidikan tingkat SMA, bahkan Krisna menjadi lulusan terbaik SMA 5 kala itu (saingannya malah pacarnya pas itu, hihihihihi). Kemudian Krisna melanjutkan ke HI Unpad, Dadan ke TI Udinus, Hilda ke UTY, sementara aku yang kali ini ditinggal di Purwokerto, yah aku masuk TE Unsoed.
4 Oktober 2008 at Karang Nini Beach (Dadan, Mansur, Hilda, Krisna)
Tahun 2007 kita kembali ke SMP dan mengajak teman-teman seangkatan untuk mengadakan "temu alumni", hampir semua anak lulusan 2002 ikut dalam acara itu. Kendala jarak antara kita berempat ternyata tak terlalu berarti, bersama-sama rekan-rekan panitia yang lain akhirnya kita bisa menyelenggarakan acara tersebut.

Dan kini hanya tinggal Krisna yang masih kedengaran kabarnya, entah dengan Dadan dan Hilda. Semoga suatu saat nanti kita akan kembali bertemu saat kita sama-sama sudah menjadi orang yang berguna di dunianya masing-masing. Sampai berjumpa lagi sob, kita berpisah hanya di lahirnya di batin tetaplah kita adalah "Sahabat Sejati" yang "Tak Lekang Oleh Waktu".

Sing:
Kepompong by Sindentosca

Dulu kita sahabat
Dengan begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita berjalan berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karena sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karena ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagi kepompong

Selasa, 17 Agustus 2010

MERDEKA

Apa arti sebuah kata bagi kita,M E R D E K A ...... !!!

M: melek terhadap sesama yg lebih memprihatinkan dan butuh perhatian kita.

E: empati, adalah kata kunci meningkatkan kualitas komunikasi dengan sesama, sebangsa, dan setanah air.

R: roso, rasa memiliki tanah air dengan prinsip apa yg telah saya "lakukan" untuk tanah air, bukan apa yg bisa saya "ambil" dari tanah air.

D: dekat, kedekatan, apabila hub sesama anak bangsa dekat maka tidak akan ada konflik horisontal, hati2 dgn bisikan2 paham komunis yg bermetamorfosis dan memecah belah.

E: eling, bahwa negara kita belum sejahtera dengan merata, apa peran kita? lebih jauh lagi, apa peran poli tikus? (poli= banyak)

K: karakter, bangsa yg besar rakyatnya harus mempunyai martabat, apalagi para pemangku pemerintahan, harus berkarakter nasionalis, bukan pragmatis.

A: amin, segala sesuatu permohonan atau harapan harus diakhiri dengan "amin" agar Tuhan berkenan.

by Syarifudin Jayadi

Rabu, 11 Agustus 2010

Serayu Rafting - Catatan Kebersamaan

Akhirnya bisa juga merasakan derasnya arus sungai serayu, di serayu rafting Banjarnegara. Lagi-lagi bersama teman-teman yang sama dengan yang di batur agung, kita mencoba asyiknya bergoyang di atas perahu boat, menyusuri arus berbatu di sepanjang sungai serayu.

Sekitar pukul 11.30 kita sampai di base camp Reservation Serayu Adventure Indonesia di desa Singomerto, kec. Sigaluh Banjarnegara. Setelah istirahat sejenak kita pun berangkat menuju pos pemberangkatan Randegan yang berjarak sekitar 16 Km dari Singomerto.

Karena jumlah yang ikut berjumlah 9 orang jadi kita dibagi dalam 2 perahu boat yang berbeda. Setelah mendengarkan penjelasan safety talk kita pun mulai mendayung mengarungi sungai serayu bersama 2 perahu boat lainnya dari Yogyakarta. Sepanjang perjalanan aksi saling tarik untuk menceburkan penumpang perahu lain pun tak dapat dihindari sambil diiringi perang saling siram air sungai.

Setelah setengah perjalanan kita berhenti untuk berisitirahat sejenak sambil menikmati hangatnya mendoan dan segarnya kelapa muda di tepian sungai sambil narsis dan eksis. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Singomerto. Disinilah menikmati asyiknya perahu boat dibalik. Sampai ada yang histeris teriaknya. Kemudian satu persatu diangkat ke perahu lagi, sementara aku hanyut paling jauh. Mengambang sampai perahu mendekat. Sekitar pukul 16.00 kita sampai di base camp singomerto, setelah mandi dan makan kita pun kembali ke Purwokerto tercinta.

Senin, 09 Agustus 2010

Batur Agung Rafting Part 2


Setelah mencoba short tracknya yang boleh dibilang cuma buat "gatel", 7 Agustus 2010 sekitar pukul 11.00 kita kembali lagi mencoba rafting di Batur Agung untuk kedua kalinya. Kali ini lebih banyak yang ikut. Sebanyak 7 kendaraan roda 4 ikut konvoy hingga ke Batur Agung. Anak-anak pun dibawa serta kesana. Kali ini kita ingin mencoba track jarak jauh yang ada di Batur Agung, yang umumnya bisa ditempuh dalam waktu 2 jam.


Batur Agung memiliki banyak "drop" atau terjunan yang sangat menantang, juga batu-batu besar yang siap mengganggu perjalanan. Drop paling tinggi terdapat di tengah perjalanan dengan tinggi mencapai 3 meter. Bagi para pemula yang belum terlatih disarankan untuk turun dan berjalan melalui tepi sungai ke bawah "drop" dan menunggu rescue membawa perahu menuruni "drop".

Pada kesempatan kali ini kita dibagi 2 tim. Pukul 13.30 tim pertama sebanyak 8 orang turun lebih dahulu, sementara tim kedua menunggu hingga tim pertama selesai. Tim pertama berangkat dengan menggunakan 2 perahu boat. Karena debit air yang sedang kecil, tim pertama membutuhkan waktu sampai 3 jam. Disamping debit air yang kecil, bobot para penumpang yang boleh dibilang "overweight" juga ikut memperlambat laju perahu. Dan tampak beberapa kali menyangkut di bebatuan dan memaksa para rescue untuk menariknya kembali ke track.


Menjelang sore hari, hujan turun di Batur Agung. Dan tentu saja ini berita baik untuk tim kedua, karena dapat dipastikan debit air akan naik. Sekitar pukul 16.30 saat hujan sudah reda, tim kedua turun ke sungai. Dan benar saja dengan debit air yang naik kecepatan perahu pun bisa mencapai 2 kali lipat dari tim sebelumnya, apalagi para penumpangnya relatif lebih kecil dibanding tim pertama.

Jeram dan drop yang sangat menantang mampu dilalui dengan penuh dag dig dug duer sepanjang perjalanan. Sempat membentur dan menyangkut bebatuan beberapa kali bahkan sampai perahu penuh terisi oleh air. Saat tiba di "drop" 3 meter para rescue mempersilahkan kita untuk memilih untuk tetapdi perahu atau turun terlebih dahulu dan berjalan ke bawah "drop" lewat tepi sungai. Setelah dilihat akhirnya kita memutuskan untuk berjalan lewat tepi sungai dan menunggu di bawah "drop".

Tepat saat adzan maghrib berkumandang, kita berhasil menyelesaikan track yang berakhir di jembatan Cibun, wilayah Baseh, Kedung Banteng, Banyumas. Diatas jembatan tampak mobil penjemput sudah tiba. Sambil menunggu perahu kedua sampai di finish kita menikmati dinginnya air sungai Logawa dengan berendam dan mencuci muka. Setelah perahu kedua sampai di finish kita pun kembali ke base camp di Batur Agung.

Sekitar pukul 19.00 rombongan kembali ke Purwokerto dengan hati puas, walaupun badan jadi pegal-pegal gara-gara menabrak bebatuan yang ada di sepanjang track rafting. Sampai di Purwokerto, diteruskan dengan acara makan malam bersama dan kemudian pulang kerumah masing-masing.

Minggu, 01 Agustus 2010

Batur Agung Rafting

Sabtu, 31 Juli 2010. Bersama-sama dengan teman-teman dan keluarga mencoba derasnya jeram sungai Logawa. 14 orang yang ikut dalam rombongan ingin mencoba merasakan bagaimana rasanya terbang dengan perahu karet dari ketinggian 3 meter di Wahana Logawa Rafting, Batur Agung.

narsis sesampainya di batur agung
Perjalanan menuju Batur Agung dapat ditempuh melalui Karang lewas, kemudian melewati Kedung Banteng dan kemudian menyusuri jalanan terjal hingga ke lokasi. Selama perjalanan tersaji pemandangan alam yang sangat indah berupa bukit-bukit yang menjulang, aliran sungai Logawa, tanah pertanian terasiring, dan juga hutan lebat yang masih alami.

macha and the gang
Di Wahana Logawa Rafting ini ada 2 jenis track, short track dan long track. Short Track hanya berjarak sekitar 100 meter, sementara Long Track membutuhkan waktu 1,5 jam sampai 2 jam untuk menyelesaikannya. Namun kali ini sayang sekali karena keterbatasan Skiper yang ada(sebagian sedang mengikuti kejuaraan arung jeram di Bandung), aku hanya bisa mencoba short track aja. Kecewa sih, tapi apa daya harus puas cuma dengan track jarak pendek. Setelah rafting aku dan teman-teman mencoba wahana outbond dan ATV track yang juga ada di Batur Agung. Hingga menjelang sore kita pun kembali ke Purwokerto.

fear of batur agung
enjoy this moment